Kamis, 29 Oktober 2009

Bermain dengan Tuhan, lagi…

Hamba:

“Tuhan, saya ingin sekali melakukan sesuatu kepada seseorang yang selama ini saya banggakan. Apa boleh saya menamparnya? Sekali ini saja…!” Ucap seorang hamba kepada sang “Tuhan”nya dengan penuh isakan dan rasa haru.


Tuhan:

“Mengapa kamu ingin melakukan hal seperti itu, sedangkan kamu membanggakannya? Bukankah rasa bangga adalah rasa sayang juga?” jawab Tuhan dengan kelembutannya.


Hamba:

“Memang benar apa yang kamu ucapkan, Tuhan. Dia adalah orang yang aku banggakan, aku perhatikan, aku perdulikan sampai akhirnya aku sayang kepadanya. Tapi, ternyata dia tidak sayang kepadaku, Tuhan. Dia berani menyakitiku, membuangku, dan lebih memilukannya lagi, dia tidak menyayangkan kehadiranku…!! Apa aku boleh menyebutnya ‘Si Bodoh’ atau ‘Si Pecundang’, Tuhan? Hati ini sakit sekali atas perlakuannya yang tidak membanggakan… Aku tidak habis pikir dengan pikirannya yang ternyata tidak memikirkan ku. Apa sebenarnya yang ada dalam pikirannya? Damn!!!” ucap hamba dengan rasa marah yang beramarah.


Tuhan:

“Sayang, sebenarnya kamu mengerti tentang semua kejadian ini, kan? Lalu mengapa kamu berbicara seperti itu?” Balas Tuhan dengan keseriusan.


Hamba:

“Tuhan, aku bukanlah kamu yang selalu memaafkan. Aku hanyalah hambaMu yang kamu tahu juga bahwa ada keterbatasan. Batas sabar, batas maaf dan batas-batas yang lainnya. Kenapa kamu selalu menuntut aku untuk bersikap bijak dan bijak. Aku bukan malaikatMu yang jelas tidak kamu beri perasaan iba dan buta. Kenapa harus aku yang selalu mengerti, kenapa harus aku yang selalu memberi kompromi. Aku tidak kuat Tuhan…..!” Keluh Hamba.


Tuhan:
“Hamba, silahkan pejamkan matamu sekarang, lalu rasakan namaKu dan hadirKu dalam jiwa dan ragamu. Terus nikmati kehadiranKu… dan dengarkan penjelasanKu” Perintah Tuhan kepada Hamba.


Hamba:

(Mengikuti perintah Tuhan….)


Tuhan:

“Sungguh, Aku menyayangimu Hamba, jelas aku tahu yang terbaik untuk Hambaku yang terpilih. Jelas, aku mengerti tentang keterpurukanmu yang membuatmu mual yang berlarut-larut. Jelas, aku sadari, terkadang Aku terlalu kepadamu. Tapi, Aku bukan ‘Si Bodoh’ atau ‘Si Pecundang’ seperti sebutan mu untuk sesorang yang telah membuatmu kecewa. Tapi dapat diperjelas, bahwa Aku sudah menyiapkan penyembuhan untuk mu.

Maka,
Teruslah mendekat kepadaKu, karena aku akan mendekatimu lebih lagi.
Teruslah percaya kepadaKu, maka aku akan semakin percaya dengan caraKu untuk mu,
Teruslah bersabar untuk ujian-ujian dariKu, maka Aku akan memberikan hadiah untukmu.

Dan, hadiah itu tidak hanya sekedar angka-angka yang menggiurkan, tetapi juga deretan huruf-huruf yang sangat mengindahkan sampai kamu membinarkan mata. Angka dan huruf dariKu akan menuntun dan membuatmu menjadi sosok yang membuatKu semakin sayang kepadamu. Mempesona dan tentu akan mengindahkan.

Maka, bersabarlah untuk semua itu, karena dengan itu, kamu hanya tinggal menunggu keajaiban dari Ku. Dan itu akan membuatmu tersenyum kembali, dan senyuman itu akan lebih indah dari sebelumnya.
Hambaku tersayang, sekali lagi Aku sangat menyayangimu. Aku tidak akan pernah meninggalkanmu seperti ‘Si Bodoh’ atau ‘Si Pecundang’ itu. Karena Akulah yang menganggapmu sebenar-benarnya. Tanpa pamrih… tanpa perhitungan… tanpa kemunafikan.

Ingatlah aku disaat keheninganmu, maka aku akan menghampirimu dengan ketulusan yang tak tertandingi oleh siapapun, apapun…

Hadiah yang sesungguhnya telah aku persiapkan untukmu, hanya menuggu waktu mu. Karena aku telah menandai hadiah-hadiah yang telah aku persiapkan untuk hambaku, sesuai waktu mu. Maka sekali lagi, bersabarlah dan tetap berbesar hati…

Dan, sekarang silahkan kamu buka matamu dengan kehalusan gerakan indah kelopak matamu. Dan ingat, aku tidak akan pernah membuatmu terluka sedalam-dalamnya terhadap perasaanmu jika aku tidak sanggup meneyembuhkanmu. Maka percayalah padaku, bahwa akan indah pada waktunya.

Aku sayang kamu, Hamba…


Hamba:

(Ada perasaan yang luar biasa dahsyatnya ketika membuka mata secara perlahan-lahan. Perasaan itu tidak dapat diutarakan…. Karena begitu dalam dan menenangkan…)

“Thanks Tuhan…..”

Senin, 19 Oktober 2009

Love Fool

Dear, I fear we're facing a problem
you love me no longer, I know
and maybe there is nothing that I can do
to make you do

Mama tells me I shouldn't bother
that I ought to stick to another man
a man that surely deserves me
but I think you do!

So I cry, I pray and I beg

Love me love me
say that you love me
fool me fool me
go on and fool me
love me love me
pretend that you love me
leave me leave me
just say that you need me
Love me love me
say that you love me
leave me leave me
just say that you need me
I can't care 'bout anything but you...

Lately I have desperately pondered,
spent my nights awake and I wonder
what I could have done in another way
to make you stay
Reason will not lead to solution
I will end up lost in confusion
I don't care if you really care
as long as you don't go

by: Olivia

Kamis, 15 Oktober 2009

Mengapa meminta yang tidak diinginkan…?

Kemarin, seseorang bercerita kepada saya, dan dia berkata “hai Tuhan, silahkan tampakan semua karma terhadap aku…” astaga, kenapa dia meminta hal tersebut ya?!!! Hmmm…..

Pasti Tuhan cuma tersenyum dan kemudian mengabulkan permintaan seseorang tersebut. Percaya?? Yes, I think so…
Ketika berbicara keburukan, alam akan menanggapi dan menjadi keburukan itu terjadi. Begitu juga sebaliknya, ketika kita berbicara kebaikan, tentu alam juga akan mendukungnya, meskipun perjalanan atas kebaikan itu terkadang melelahkan, menyakitkan, membosankan… tapi tetap akan meraih kebaikan, pada akhirnya.

Lalu, kenapa kita bangga meminta keburukan kepada-NYA? Merepotkan diri, memaki diri, mencerca diri, merendahkan diri, menganggap diri buruk seburuk-buruknya. Kasihan………

Apa tidak ada hal-hal lain yang patut diungkapkan selain keburukan? Apa tidak ada cara lain yang lebih mengindahkan hidup diri? Apa anda tidak lelah berpikiran seperti itu terus menerus?

Mencoba, sayangi diri dengan mencintai diri sendiri (bukan narsisme). Bagaimana bisa saya, dia, kami, mereka dapat mencintai kondisi “diri”, sedangkan “diri” sendiri tidak memberikan ruang untuk dicintai oleh dirinya sendiri.

Keintiman diri yang tercipta, bukan semata-mata untuk ke”aku”an yang kaku dan baku. Tapi, itu semua dapat tercipta untuk merangkul keindahan hidup bersama-sama. Dan selaras…. Bukankah itu menyenangkan?

Pemikiran adalah pendoaan, pendoaan adalah penguatan… dan penguatan itu dapat membuat kita terus membersihkan pemikiran-pemikiran terhadap kehidupan yang terkadang kurang bersih, atau tidak bersih. Maka, memintalah apa yang memang diinginkan….

dRealme.

Hegemoni

apa yang sedang dirasakan atas jiwa yang mencintai... dicintai... wuihh, serasa dunia milik bersama, yang lainnya, ga tau dech kemana... !@#$%^&*_+~

"aku sangat beruntung memilikimu..." aku ingin selalu menjaga hatimu....", aku ingin hidup bersamamu...", aku tidak akan pernah membiarkanmu pergi dari hidupku....", kamu mau merangkai mimpi kehidupan bersama dengan aku kan...", dst...... dst.....

hmmmmmmm....... cuma deretan huruf aja jika sebenarnya kita tidak mengerti tentang kalimat-kalimat tersebut!!!! maka, berhati-hatilah atas pengucapan yang sudah divonis menjadi sebuah janji.

ternyata, hegemoni itu hanya ulasan hidup yang menggiurkan, tapi sekejap.... lenyap. yups, itulah hegemoni (dalam arti luas: menguasai, bs menjadi kesenagan semu). kata "hegemoni" ini sempat saya dapat dari membaca artikel milik-nya M H Anggana Deh pada notes FB-nya. maka saya berimaji-lah dengan kata tersebut :)

apa jadinya jika setiap perasaan yang tertanam tidak bisa dipanen?? parahnya panenan itu dinikmati orang yang tidak menanamnya. silahkan ambil saja..........

ada yang menutup mata hati, mungkin pura-pura menutup mata hati. cari aman aja terussss..... merasa diri paling hebat. merasa diri paling dahsyat. cuma mengingatkan, bahwa hidup itu "tak terduga" bro...

ok... ok... fine. kita lihat saja bagaimana nanti jadinya.


dRealme.

Sabtu, 10 Oktober 2009

Just share…. And I want to share….

Surat untuk Mayora Terkasih


Dear all,


Apa kabar semuanya?
Semoga dalam Keadaan Kebaikan…

Banyak hal yang sudah saya miliki selama berada di “tempat mahal” seperti Mayora. Tidak luput dari rasa biasa-biasa saja, rasa haru sampai rasa yang luar biasa menyenangkan dan membanggakan. Bagi saya, Mayora is one of the nice places to make me grow “UP”.

Maka, untuk kesempatan ini, ijinkan saya berbicara…

Rasa teramat terima kasih saya ucapkan untuk semua pihak yang telah tulus memberikan kesempatan serta pengajaran kepada saya tentang makna bekerja, makna bersama dan makna berkarya. Thanks for your support, guys…

Untuk sekarang, peranan waktu sedang mengijinkan sekaligus menuntut saya untuk melakukan hal yang lebih lagi dari yang sudah ada. Satu hal yang ingin disampaikan, bahwa kebersamaan saya dengan Mayora, bagi saya, it’s cool and amazing for me… :) Thanks, once again…

Dan, hari ini merupakan the last activity bagi saya di Mayora. Karena, pertanggal 12 Oktober 2009, saya sudah tidak beraktivitas sebagai anggota keluarga Mayora lagi (terutama pada Dept. BPIC Tomang Lt.6).

Sebagai manusia biasa yang mungkin tidak luput dari rasa salah, komunikasi salah, sampai tindakan salah, mohon dibukakan ketulusan hati rekan-rekan semuanya, untuk memberikan pemaafan atas diri saya selama bekerjasama di Mayora.

Begitu juga dengan saya, pemaafan akan membuat saya dapat melangkah lebih ringan lagi. Maka, saling memaafkan adalah pengharapan… :).

Dan untuk Mayora tersayang, saya harap pengharapan-pengharapan kalian akan selalu merajuk pada slogan “The Power of One”, saya yakin Mayora akan terus menjadi Perusahaan yang Wonderful & Powerful :)

Sukses selalu untuk kita semua…
And, let's keep contacting each other.

dRealme,

Siti Maemunah (Maey)
non_maey@yahoo.com
087882159278