13. Psychology Test
Terakhir pertemuan dengan mata kuliah Psikologi perkembangan I, membuat saya senang. Karena apa? Sang dosen yang selalu tampil fresh itu, membagikan lembar copy-an yang berisi tentang test kepribadian. Hanya test ringan dan santai. Tapi cukup membuat saya dan teman-teman have fun menjawabnya. Ada yang sesuai ada yang melenceng. Dan pada saat hal yang sesuai dengan diri kita, kita saling memuji diri. Dan pada saat jawaban tidak sesuai dengan yang kita pilih. Semuanya pada tertawa. So funny….
Jadi, pada saat itu kami diberi kesempatan mengikuti bentuk tes kepribadian “Pencil and Paper Test” dengan cara mengisi kuesioner untuk menilai diri sendiri sesuai dengan assessment yang ada dilembar copy tersebut. Setelah session pertama selesai, maka kami menilai kepribadian teman-teman satu kelas. Apa yang ada di mind set kami, ketika memikirkan tentang teman yang kami nilai tersebut. Maka kami nilai sesuai fakta. Dan hasilnya. Hahaha..... lucu. Ada yang cocok dan tersenyum dengan jawabannya dan ada yang cemberut atas jawaban yang kurang cocok diterima. But basically, it’s good evaluation for us.
Rabu, 01 Juli 2009
Apllication in Psychology_part.12
12. Therapy
Ada pengalaman seru yang telah saya terapkan kepada teman saya sendiri. Ketika dia sedang mengalami masalah yang cukup rumit dalam hidupnya, dan dia tidak berani untuk share kepada yang lain, one of them is me. Maka, saya mencoba mengajak dia bermalam dirumah saya.
Bagusnya, ditempat saya ada sebuah sofa yang comfort bila merebahkan diri disana. Kemudian, saya teringat dengan teori Sigmund Freud tentang psikoanalisa-nya dengan cara Free Association, dimana seseorang yang datang dengan kepenatannya, akan merasa comfort dan kemudian dalam alam ketidaksadarannya dia mulai sharing atas apa yang sedang ia rasakan atau dia alami pada saat dia berada di sebuah sofa (ilustrasinya kurang lebih seperti itu). Apa benar saya mendapatkan “jawabannya”. Yupss, exactly. I got it.....
Kejadian ini membuat saya tesenyum puas. Tiga hal yang telah saya dapati dari pengalaman tersebut. Pertama, saya berhasil menerapkan sendiri teori psikoanalisa-nya Sigmund Freud tersebut. Kedua, saya merasa lega karena teman saya menjadi “lega” telah berhasil mengungkapkan perasaan buruknya (meski tanpa dia sadari, hehehe....:). Dan yang ketiga, saya dapat membantu dia dalam coping stress-nya. A nice experience for me......
Ada pengalaman seru yang telah saya terapkan kepada teman saya sendiri. Ketika dia sedang mengalami masalah yang cukup rumit dalam hidupnya, dan dia tidak berani untuk share kepada yang lain, one of them is me. Maka, saya mencoba mengajak dia bermalam dirumah saya.
Bagusnya, ditempat saya ada sebuah sofa yang comfort bila merebahkan diri disana. Kemudian, saya teringat dengan teori Sigmund Freud tentang psikoanalisa-nya dengan cara Free Association, dimana seseorang yang datang dengan kepenatannya, akan merasa comfort dan kemudian dalam alam ketidaksadarannya dia mulai sharing atas apa yang sedang ia rasakan atau dia alami pada saat dia berada di sebuah sofa (ilustrasinya kurang lebih seperti itu). Apa benar saya mendapatkan “jawabannya”. Yupss, exactly. I got it.....
Kejadian ini membuat saya tesenyum puas. Tiga hal yang telah saya dapati dari pengalaman tersebut. Pertama, saya berhasil menerapkan sendiri teori psikoanalisa-nya Sigmund Freud tersebut. Kedua, saya merasa lega karena teman saya menjadi “lega” telah berhasil mengungkapkan perasaan buruknya (meski tanpa dia sadari, hehehe....:). Dan yang ketiga, saya dapat membantu dia dalam coping stress-nya. A nice experience for me......
Apllication in Psychology_part.11
11. Abnormal
Wacana tentang “Abnormal”, entah kenapa saya teringat pada salah satu anak magang yang saya handle. Dia hanya diberi kesempatan 3 bulan saja untuk magang di tempat kerja yang telah ditentukan. Karena apa? Yach, orang-orang yang ada dikantor tersebut menganggap dia kurang bersikap normal seperti yang lainnya. Mereka sering melihat anak tersebut berbicara sendiri, berhalusinasi yang tidak sesuai dengan kenyataan yang ada. Dan hal tersebut sering dia lakukan pada saat jam kerja.
Sampai suatu saat, saya mengadakan konseling untuknya. Saya meminta dia untuk bercerita tentang dirinya, keluarganya, hingga masa kecilnya. Dan saya mendapatkan jawaban atas keabnormalannya. Menurut ceritanya, ketika SD, dia pernah mengalami kecelakaan jatuh tergelincir hingga bagian kepalanya terbentur batu besar. Peristiwa tersebut membuat dia tidak sadar selama 2 hari. Dan hal tersebut tidak diperhatikan seiring berjalannya waktu hingga dia lulus SMA sampai mengikuti proses permagangan yang saya handle.
Saya dapat menyimpulkan berdasarkan Sistem Klasifikasi Tradisional bahwa Brain Syndromes yang dia miliki disebabkan karena kerusakan jaringan pada otak akibat kecelakaan jatuh pada saat SD. Gangguan tersebut dapat menjadi temporer atau dapat pulih kembali dalam jangka waktu lama asalkan ada pihak pendukung yang menangani hal tersebut baik secara medis atau psikis. Saya akan coba follow up lagi perkembangan dia sekarang…
Wacana tentang “Abnormal”, entah kenapa saya teringat pada salah satu anak magang yang saya handle. Dia hanya diberi kesempatan 3 bulan saja untuk magang di tempat kerja yang telah ditentukan. Karena apa? Yach, orang-orang yang ada dikantor tersebut menganggap dia kurang bersikap normal seperti yang lainnya. Mereka sering melihat anak tersebut berbicara sendiri, berhalusinasi yang tidak sesuai dengan kenyataan yang ada. Dan hal tersebut sering dia lakukan pada saat jam kerja.
Sampai suatu saat, saya mengadakan konseling untuknya. Saya meminta dia untuk bercerita tentang dirinya, keluarganya, hingga masa kecilnya. Dan saya mendapatkan jawaban atas keabnormalannya. Menurut ceritanya, ketika SD, dia pernah mengalami kecelakaan jatuh tergelincir hingga bagian kepalanya terbentur batu besar. Peristiwa tersebut membuat dia tidak sadar selama 2 hari. Dan hal tersebut tidak diperhatikan seiring berjalannya waktu hingga dia lulus SMA sampai mengikuti proses permagangan yang saya handle.
Saya dapat menyimpulkan berdasarkan Sistem Klasifikasi Tradisional bahwa Brain Syndromes yang dia miliki disebabkan karena kerusakan jaringan pada otak akibat kecelakaan jatuh pada saat SD. Gangguan tersebut dapat menjadi temporer atau dapat pulih kembali dalam jangka waktu lama asalkan ada pihak pendukung yang menangani hal tersebut baik secara medis atau psikis. Saya akan coba follow up lagi perkembangan dia sekarang…
Apllication in Psychology_part.10
10. Personality
Inner qualities yang didefinisikan oleh Gordon Allport lebih menekankan pada kepribadian merupakan organisasi dalam diri individu yang bersifat dinamis, dan membentuk diri menjadi unik dan beridentitas. And I agree with his statement.
Saya baru sadar, ketika diri saya mampu menjadi “tempat curhat” bagi orang-orang yang ingin kelegaan. Mereka menceritakan kesedihan, kebahagiaan, kekecewaan, dll. Terkadang, mengapa mereka begitu comfort dengan saya ya? Ada cerita untuk itu.
Waktu SMA, saya memiliki teman sebangku yang cantik dan pintar, meski kepribadiannya kurang cocok dengan saya. Sampai akhirnya saya meneliti, apakah ada hal lain yang lebih dari kedua faktor itu. Saya terus memperhatikan tingkah laku teman-teman saya. Dan saya terus berpikir, dimana iner beauty itu?
Actually, ada hal yang jauh lebih penting dari sekedar cantik atau pintar. Dan saya telah mendapatkan jawabannya. Yaitu, saya berhasil membuat teman-teman sekitar comfort dengan saya. Sampai satu malam, saya sharing tentang hal tersebut kepada ibu. Dan apa kata beliau? “Ada hal yang tidak hanya diukur dari kecantikan dan kepintaran, satu hal yang jauh lebih penting dan terus akan membawa kamu pada kedamaian hidup, maka itu adalah kepribadian kamu sendiri. Dan ibu rasa kamu sudah bisa membawa diri kamu nyaman untuk orang lain, telebih diri kamu sendiri…” jawab ibu dengan senyum terindahnya. God bless you, mom….. That’s cool.
Inner qualities yang didefinisikan oleh Gordon Allport lebih menekankan pada kepribadian merupakan organisasi dalam diri individu yang bersifat dinamis, dan membentuk diri menjadi unik dan beridentitas. And I agree with his statement.
Saya baru sadar, ketika diri saya mampu menjadi “tempat curhat” bagi orang-orang yang ingin kelegaan. Mereka menceritakan kesedihan, kebahagiaan, kekecewaan, dll. Terkadang, mengapa mereka begitu comfort dengan saya ya? Ada cerita untuk itu.
Waktu SMA, saya memiliki teman sebangku yang cantik dan pintar, meski kepribadiannya kurang cocok dengan saya. Sampai akhirnya saya meneliti, apakah ada hal lain yang lebih dari kedua faktor itu. Saya terus memperhatikan tingkah laku teman-teman saya. Dan saya terus berpikir, dimana iner beauty itu?
Actually, ada hal yang jauh lebih penting dari sekedar cantik atau pintar. Dan saya telah mendapatkan jawabannya. Yaitu, saya berhasil membuat teman-teman sekitar comfort dengan saya. Sampai satu malam, saya sharing tentang hal tersebut kepada ibu. Dan apa kata beliau? “Ada hal yang tidak hanya diukur dari kecantikan dan kepintaran, satu hal yang jauh lebih penting dan terus akan membawa kamu pada kedamaian hidup, maka itu adalah kepribadian kamu sendiri. Dan ibu rasa kamu sudah bisa membawa diri kamu nyaman untuk orang lain, telebih diri kamu sendiri…” jawab ibu dengan senyum terindahnya. God bless you, mom….. That’s cool.
Apllication in Psychology_part.9
9. Intelligence
Rasanya sedih jika kesuksesan yang saya miliki tidak membuat orang lain turut menikmatinya. Sampai saya bertanya kepada diri sendiri, apakah ada yang salah dengan cara pembawaan diri saya yang sukses? Apakah saya begitu menyebalkan bagi dia atau mereka? I don’t know, sometime someone can be like that.
Terkadang, saya sering mendapatkan comments dari seseorang yang mungkin kurang suka dengan “keeksistensian” saya, terlebih senyum buruknya yang membuat saya merasa lelah menghadapinya.
Bagi saya, relationship adalah misterius. Teman atau rekan kerja atau kolega atau apalah sebutannya, terkadang bisa menjadi “angle” untuk diri saya. Tapi, sewaktu-waktu mereka pun bisa menjadi sosok yang mengerikan. Hal ini, membuat saya harus sadar akan kemampuan diri dalam menghadapi berbagai problems. Maka Stabilitas Inteligensi, harus saya terapkan. Seperti penelitian David Wechsler, bahwa tingkat intelligence dapat berperan lebih dibandingkan dengan sekedar “pintar”. Maka saya akan buktikan bahwa hal itu tepat bagi saya.
Saya adalah orang yang belajar ilmu jiwa, maka akan lebih bijak jika saya mampu mengenali emosi diri, mengelola emosi, mengenali emosi orang lain, memotivasi diri dan kemampuan membina hubungan dengan orang lain. Seperti yang disinggung oleh Salovey dan Mayer mengenai Emotional Intelligence.
Rasanya sedih jika kesuksesan yang saya miliki tidak membuat orang lain turut menikmatinya. Sampai saya bertanya kepada diri sendiri, apakah ada yang salah dengan cara pembawaan diri saya yang sukses? Apakah saya begitu menyebalkan bagi dia atau mereka? I don’t know, sometime someone can be like that.
Terkadang, saya sering mendapatkan comments dari seseorang yang mungkin kurang suka dengan “keeksistensian” saya, terlebih senyum buruknya yang membuat saya merasa lelah menghadapinya.
Bagi saya, relationship adalah misterius. Teman atau rekan kerja atau kolega atau apalah sebutannya, terkadang bisa menjadi “angle” untuk diri saya. Tapi, sewaktu-waktu mereka pun bisa menjadi sosok yang mengerikan. Hal ini, membuat saya harus sadar akan kemampuan diri dalam menghadapi berbagai problems. Maka Stabilitas Inteligensi, harus saya terapkan. Seperti penelitian David Wechsler, bahwa tingkat intelligence dapat berperan lebih dibandingkan dengan sekedar “pintar”. Maka saya akan buktikan bahwa hal itu tepat bagi saya.
Saya adalah orang yang belajar ilmu jiwa, maka akan lebih bijak jika saya mampu mengenali emosi diri, mengelola emosi, mengenali emosi orang lain, memotivasi diri dan kemampuan membina hubungan dengan orang lain. Seperti yang disinggung oleh Salovey dan Mayer mengenai Emotional Intelligence.
Apllication in Psychology_part.8
8. Stress and Copping Stress
Dalam hidup ini pastilah tidak ada satu orangpun yang dapat terlepas dari stress. Sama hal nya dengan perjalanan hidup saya. Dimana proses pencapaian “jati diri” akan terus diiringi dengan stress, yaitu keadaan internal yang dapat disebabkan oleh tuntutan fisik terhadap tubuh (ex: penyakit) atau oleh situasi lingkungan (social) yang dinilai secara potensial berbahaya, membebani, tidak terkontrol atau melebihi sumber daya untuk coping.
Akhir-akhir ini, saya sering mengalami morning sick seperti mual di pagi hari. Padahal saya belum menjadi sosok wanita yang sedang hamil lho.. :) Lucunya, saya sempat berpikiran “apa saya hamil ya?? Tapi hamil sama siapa….? “melakukannya” saja belum pernah..!!!” Hahaha… ckckckck ada-ada saja. Karena, dulu saya tidak pernah seperti itu, dan mungkin karena semakin banyak tekanan, tuntutan dan tanggung jawab yang lebih “overload”, Respon fisik tersebut membuat saya lemas dan tidak focus. Akhirnya, respon psikis saya juga mengancam saya depresi, cemas, mudah marah, dll.
Untungnya, kita hidup didunia ini tidak sendirian. Ada orang lain yang menemani dan bersedia menjadi teman kita. Terlebih best friend. Untuk sekedar meringankan beban stress saya, emotion focus coping yang diistilahkan oleh Lazarus dan Folkman, selalu saya lakukan dengan sharing kepada orang terpercaya. Setidaknya dengan hal tersebut, rasa lega akan membuat saya lebih fresh. Sehingga dapat mengatasi stress saya dengan problem focus coping.
Dalam hidup ini pastilah tidak ada satu orangpun yang dapat terlepas dari stress. Sama hal nya dengan perjalanan hidup saya. Dimana proses pencapaian “jati diri” akan terus diiringi dengan stress, yaitu keadaan internal yang dapat disebabkan oleh tuntutan fisik terhadap tubuh (ex: penyakit) atau oleh situasi lingkungan (social) yang dinilai secara potensial berbahaya, membebani, tidak terkontrol atau melebihi sumber daya untuk coping.
Akhir-akhir ini, saya sering mengalami morning sick seperti mual di pagi hari. Padahal saya belum menjadi sosok wanita yang sedang hamil lho.. :) Lucunya, saya sempat berpikiran “apa saya hamil ya?? Tapi hamil sama siapa….? “melakukannya” saja belum pernah..!!!” Hahaha… ckckckck ada-ada saja. Karena, dulu saya tidak pernah seperti itu, dan mungkin karena semakin banyak tekanan, tuntutan dan tanggung jawab yang lebih “overload”, Respon fisik tersebut membuat saya lemas dan tidak focus. Akhirnya, respon psikis saya juga mengancam saya depresi, cemas, mudah marah, dll.
Untungnya, kita hidup didunia ini tidak sendirian. Ada orang lain yang menemani dan bersedia menjadi teman kita. Terlebih best friend. Untuk sekedar meringankan beban stress saya, emotion focus coping yang diistilahkan oleh Lazarus dan Folkman, selalu saya lakukan dengan sharing kepada orang terpercaya. Setidaknya dengan hal tersebut, rasa lega akan membuat saya lebih fresh. Sehingga dapat mengatasi stress saya dengan problem focus coping.
Apllication in Psychology_part.7
7. Social Perception
Mendengar kisah cinta teman saya, terkadang membuat saya menjadi merenunginya. Meski keadaan tidak mampu menyatukan mereka, tetapi mereka dapat terus bertahan untuk terus saling menyayangi, menghargai dan rela berkorban tanpa pamrih. Apa sebenarnya yang ada dalam pikirannya? Atau why someone did something?
Sampai sekarang, saya masih tidak habis pikir tentang tingkah laku nyata mereka yang sangat tidak awam. Meski “realita kehidupan” tidak dapat menyatukan cinta mereka, mereka committed untuk terus saling membahagiakan dan menguatkan.
Wach, jika saya perhatikan kisah mereka, saya jadi semakin sadar tentang Theory Heider “Naive” Psychology-nya Fritz Heider. Yupss, teori tersebut menjelaskan mengenai atribusi atau penyimpulan berdasarkan personal thought, motives, feeling, traits serta intense yang dapat membuat seseorang tersebut melakukan sesuatu.
Saya rasa, cara pandang mereka tentang cinta sangat mulia, sehingga mereka dapat saling menghargai segala perbedaan yang ada. Meski tindakan mereka dapat menimbulkan keuntungan atau kerugian, mereka tetap nyaman dengan tindakannya. Andai saja semua orang didunia ini berpikiran sama seperti mereka, pasti perdamaian akan terus mengiri kehidupan sampai kematian. Yang pasti, semua hal tersebut dapat dilakukan karena seseorang merasa pikiran-pikiran atau persepsinya adalah tepat, nyaman dan aman untuk dirinya.
Mendengar kisah cinta teman saya, terkadang membuat saya menjadi merenunginya. Meski keadaan tidak mampu menyatukan mereka, tetapi mereka dapat terus bertahan untuk terus saling menyayangi, menghargai dan rela berkorban tanpa pamrih. Apa sebenarnya yang ada dalam pikirannya? Atau why someone did something?
Sampai sekarang, saya masih tidak habis pikir tentang tingkah laku nyata mereka yang sangat tidak awam. Meski “realita kehidupan” tidak dapat menyatukan cinta mereka, mereka committed untuk terus saling membahagiakan dan menguatkan.
Wach, jika saya perhatikan kisah mereka, saya jadi semakin sadar tentang Theory Heider “Naive” Psychology-nya Fritz Heider. Yupss, teori tersebut menjelaskan mengenai atribusi atau penyimpulan berdasarkan personal thought, motives, feeling, traits serta intense yang dapat membuat seseorang tersebut melakukan sesuatu.
Saya rasa, cara pandang mereka tentang cinta sangat mulia, sehingga mereka dapat saling menghargai segala perbedaan yang ada. Meski tindakan mereka dapat menimbulkan keuntungan atau kerugian, mereka tetap nyaman dengan tindakannya. Andai saja semua orang didunia ini berpikiran sama seperti mereka, pasti perdamaian akan terus mengiri kehidupan sampai kematian. Yang pasti, semua hal tersebut dapat dilakukan karena seseorang merasa pikiran-pikiran atau persepsinya adalah tepat, nyaman dan aman untuk dirinya.
Apllication in Psychology_part.6
6. Social Influence
Banyak orang yang memiliki Supporter sejati bagi dirinya. Entah ltu dari pihak eksternal atau dari pihak internal (dirinya sendiri). Bagi saya pengaruh “Perfect Soulmate” mampu membuat saya menemukan apa yang saya inginkan terhadap diri sendiri. Keinginan yang tak tertampungi, mampu membuat saya merasa gelisah sendiri. Beruntung, disaat seperti ini, hadir seseorang yang dapat membimbing saya menjadi lebih “matang” lagi. Sharing dengannya, mampu menuntun saya untuk get goals (thanks for Mr. Perfect Soulmate).
Dan, Zajonc pun meneliti Social Facilitation, dimana hasil penelitiannya sesuai dengan apa yang saya rasakan. Bahwa “kehadiran orang lain dapat meningkatkan arousal individu yang selanjutnya mempertajam performance yang dominan (respon yang kuat dan mantap pada diri individu).” Maka, jika respon yang dituntut adalah respon yang dominan, maka performance meningkat, atau sebaliknya”. Penelitian tersebut dapat dikaitkan dengan kasus yang saya alami. Bahwa kehadiran seseorang yang berkualitas, sangat menentukan performance saya untuk do the best in the world.
Saya sharing semua hal kepadanya, tentang apa saja yang saya rasakan, inginkan dan wujudkan dalam hidup ini. Kehadirannya mampu membuat saya bercermin diri dan bertanya kembali kepada diri sendiri tentang apa yang dapat saya lakukan untuk “ingin”-nya saya. Segala perkataannya dapat mampu mempengaruhi tindakan saya selanjutnya. Bagi saya, dia seperti fasilitator atas diri saya.
Banyak orang yang memiliki Supporter sejati bagi dirinya. Entah ltu dari pihak eksternal atau dari pihak internal (dirinya sendiri). Bagi saya pengaruh “Perfect Soulmate” mampu membuat saya menemukan apa yang saya inginkan terhadap diri sendiri. Keinginan yang tak tertampungi, mampu membuat saya merasa gelisah sendiri. Beruntung, disaat seperti ini, hadir seseorang yang dapat membimbing saya menjadi lebih “matang” lagi. Sharing dengannya, mampu menuntun saya untuk get goals (thanks for Mr. Perfect Soulmate).
Dan, Zajonc pun meneliti Social Facilitation, dimana hasil penelitiannya sesuai dengan apa yang saya rasakan. Bahwa “kehadiran orang lain dapat meningkatkan arousal individu yang selanjutnya mempertajam performance yang dominan (respon yang kuat dan mantap pada diri individu).” Maka, jika respon yang dituntut adalah respon yang dominan, maka performance meningkat, atau sebaliknya”. Penelitian tersebut dapat dikaitkan dengan kasus yang saya alami. Bahwa kehadiran seseorang yang berkualitas, sangat menentukan performance saya untuk do the best in the world.
Saya sharing semua hal kepadanya, tentang apa saja yang saya rasakan, inginkan dan wujudkan dalam hidup ini. Kehadirannya mampu membuat saya bercermin diri dan bertanya kembali kepada diri sendiri tentang apa yang dapat saya lakukan untuk “ingin”-nya saya. Segala perkataannya dapat mampu mempengaruhi tindakan saya selanjutnya. Bagi saya, dia seperti fasilitator atas diri saya.
Apllication in Psychology_part.5
5. Frustration and Conflict
Terkadang dalam hidup ini ada saja yang membuat kita merasa tidak puas, tidak berguna, kurang mampu, belum ada kesempatan ataupun tidak ada orang yang mencintai kita dengan tulus. So, apa yang terjadi? Frustasi? Mungkin!
Frustrasi adalah terhalangnya tingkah laku yang terarah menuju pada keinginan (goal) yang kita harapkan. Contohnya tentang saya yang saat ini sedang frustasi karena banyak hal yang ingin dikerjakan dengan sebaiknya, tapi belum bisa karena ada faktor tertentu yang membuat saya tidak bisa melakukannya. Sehingga banyak hal yang ter-pending. Jika ingat hal-hal tersebut, membuat saya “sesak” dan frustasi.
Tiga kegiatan sekaligus membuat saya kadang frustasi memikirkannya. Contohnya saja untuk Sabtu ini, saya harus mengalami konflik bathin. Dalam waktu yang bersamaan, saya diberi dua pilihan apakah saya akan menghadiri Pesta Don Bosco atau mengikuti UAS (Ujian Akhir Semester) Psikologi. Wach keduanya sangat berarti bagi saya. Meski ujian kali ini sangat membebani saya.
Hal ini seperti pembahasan psikologi, bahwa saya sedang mengalami konflik yang terjadi antara dua hal tersebut. Beda kasus, tetapi sama pentingnya bagi saya. pilihan tersebut hadir pada saat yang bersamaan. Dalam istilah psikologi disebut dengan Multiple Approach – Avoidance Conflict. Saat menghadapi konflik seperti ini, maka saya hadapi dengan cara dominansi. Hal mana yang lebih dominan dan penting bagi saya. Maka saya prepare untuk hal tersebut. Semoga saya get nice point.
Terkadang dalam hidup ini ada saja yang membuat kita merasa tidak puas, tidak berguna, kurang mampu, belum ada kesempatan ataupun tidak ada orang yang mencintai kita dengan tulus. So, apa yang terjadi? Frustasi? Mungkin!
Frustrasi adalah terhalangnya tingkah laku yang terarah menuju pada keinginan (goal) yang kita harapkan. Contohnya tentang saya yang saat ini sedang frustasi karena banyak hal yang ingin dikerjakan dengan sebaiknya, tapi belum bisa karena ada faktor tertentu yang membuat saya tidak bisa melakukannya. Sehingga banyak hal yang ter-pending. Jika ingat hal-hal tersebut, membuat saya “sesak” dan frustasi.
Tiga kegiatan sekaligus membuat saya kadang frustasi memikirkannya. Contohnya saja untuk Sabtu ini, saya harus mengalami konflik bathin. Dalam waktu yang bersamaan, saya diberi dua pilihan apakah saya akan menghadiri Pesta Don Bosco atau mengikuti UAS (Ujian Akhir Semester) Psikologi. Wach keduanya sangat berarti bagi saya. Meski ujian kali ini sangat membebani saya.
Hal ini seperti pembahasan psikologi, bahwa saya sedang mengalami konflik yang terjadi antara dua hal tersebut. Beda kasus, tetapi sama pentingnya bagi saya. pilihan tersebut hadir pada saat yang bersamaan. Dalam istilah psikologi disebut dengan Multiple Approach – Avoidance Conflict. Saat menghadapi konflik seperti ini, maka saya hadapi dengan cara dominansi. Hal mana yang lebih dominan dan penting bagi saya. Maka saya prepare untuk hal tersebut. Semoga saya get nice point.
Apllication in Psychology_part.4
4. Aggression
Pernahkah ketika setelah kita menonton sebuah film, salah satu karakter pemeran yang ada didalam film tersebut seakan-akan “Gue banget”….? Yupss, seperti pengalaman saya menonton film “Pretty Woman” yang dibintangi oleh artist cantik Hollywood Julia Roberts dan si “charming” Richard Gere. Sampai sekarang, film tersebut masih terus mempunyai kenangan manis bagi saya. Dan saya baru menyadarinya, terkadang saya sering meniru karakter Vivian (nama Julia Roberts dalam film Pretty Woman). Seperti, style pembawaan dirinya, cara bicara dan bertanyanya, tertawanya, sampai marahnya. Karakter Vivian seakan-akan menghipnotis dan mampu membentuk karakter saya seperti dia. Jujur, saya sangat menyukai karakter yang diperankannya.
Saya jadi ingat dengan Social Learning Theory milik Bandura, mungkin cocok juga bila dikaitkan dengan theory ini. Dimana agresi seseorang dapat terbentuk melalui imitasi atau modeling. Bagi saya, salah satunya adalah dengan menonton film tersebut.
Tepat bukan? Seolah-olah proses mental agresi yang terjadi pada diri saya dapat dilakukan. Saya merasakan karakter Vivian menjadi terbawa dalam kehidupan nyata saya. Terkadang saya sering tersenyum sendiri jika mereview diri, hmmm…. betapa kuatnya dampak film Pretty Woman terhadap agresi saya ya…. Especially Vivian’s character. But, it’s fine for me…..
Pernahkah ketika setelah kita menonton sebuah film, salah satu karakter pemeran yang ada didalam film tersebut seakan-akan “Gue banget”….? Yupss, seperti pengalaman saya menonton film “Pretty Woman” yang dibintangi oleh artist cantik Hollywood Julia Roberts dan si “charming” Richard Gere. Sampai sekarang, film tersebut masih terus mempunyai kenangan manis bagi saya. Dan saya baru menyadarinya, terkadang saya sering meniru karakter Vivian (nama Julia Roberts dalam film Pretty Woman). Seperti, style pembawaan dirinya, cara bicara dan bertanyanya, tertawanya, sampai marahnya. Karakter Vivian seakan-akan menghipnotis dan mampu membentuk karakter saya seperti dia. Jujur, saya sangat menyukai karakter yang diperankannya.
Saya jadi ingat dengan Social Learning Theory milik Bandura, mungkin cocok juga bila dikaitkan dengan theory ini. Dimana agresi seseorang dapat terbentuk melalui imitasi atau modeling. Bagi saya, salah satunya adalah dengan menonton film tersebut.
Tepat bukan? Seolah-olah proses mental agresi yang terjadi pada diri saya dapat dilakukan. Saya merasakan karakter Vivian menjadi terbawa dalam kehidupan nyata saya. Terkadang saya sering tersenyum sendiri jika mereview diri, hmmm…. betapa kuatnya dampak film Pretty Woman terhadap agresi saya ya…. Especially Vivian’s character. But, it’s fine for me…..
Apllication in Psychology_part.3
3. Motivation
Ketika berbicara tentang hal-hal seru dan misterius dalam hidup, saya langsung teringat dengan apa-apa saja yang telah saya lakukan untuk hidup saya. Saya ingin ini..... saya ingin itu.... mungkin terlalu banyak hal yang saya inginkan. Sampai terkadang membuat saya sulit tidur nyenyak (by the way, bukannya itu karena banyak nyamuk ya.. hehehehe... just kidding).
Tapi, memang tidak dapat dipungkiri bahwa yang namanya “keinginan” itu sangat mengganggu pikiran kita jika belum terwujud. Agree? Hanya saja, tinggal kita berniat atau tidak untuk mewujudkannya. Sebut saja, keinginan saya memiliki mobil Honda Jazz. Wach, keinginan yang satu ini, memotivasi saya untuk serius mencapainya. Bukan karena orang lain, tapi karena kepuasan bathin diri sendiri. Mungkin bagi sebagian orang sangat biasa dan mudah untuk mendapatkannya. Tapi, bagi saya, memiliki mobil Honda Jazz, its cool.
Motivasi atau dorongan kuat (driving state) seperti teorinya Clark Hull tentang Drive Theories (Push theories of motivation) yang menimbulkan tingkah laku kita menuju ke arah tujuan. Sehingga dengan tercapainya tujuan yang diinginkan, akan di dapati kepuasan dan kondisi tenang bagi diri yang menginginkannya. Dengan keinginan memiliki mobil Honda Jazz, saya harus mempunyai tingkah laku serius menabung serta berbuat hal-hal lainnya agar tujuan memiliki mobil Honda Jazz segera dicapai. Amin…. God, let it come true….. :)
Ketika berbicara tentang hal-hal seru dan misterius dalam hidup, saya langsung teringat dengan apa-apa saja yang telah saya lakukan untuk hidup saya. Saya ingin ini..... saya ingin itu.... mungkin terlalu banyak hal yang saya inginkan. Sampai terkadang membuat saya sulit tidur nyenyak (by the way, bukannya itu karena banyak nyamuk ya.. hehehehe... just kidding).
Tapi, memang tidak dapat dipungkiri bahwa yang namanya “keinginan” itu sangat mengganggu pikiran kita jika belum terwujud. Agree? Hanya saja, tinggal kita berniat atau tidak untuk mewujudkannya. Sebut saja, keinginan saya memiliki mobil Honda Jazz. Wach, keinginan yang satu ini, memotivasi saya untuk serius mencapainya. Bukan karena orang lain, tapi karena kepuasan bathin diri sendiri. Mungkin bagi sebagian orang sangat biasa dan mudah untuk mendapatkannya. Tapi, bagi saya, memiliki mobil Honda Jazz, its cool.
Motivasi atau dorongan kuat (driving state) seperti teorinya Clark Hull tentang Drive Theories (Push theories of motivation) yang menimbulkan tingkah laku kita menuju ke arah tujuan. Sehingga dengan tercapainya tujuan yang diinginkan, akan di dapati kepuasan dan kondisi tenang bagi diri yang menginginkannya. Dengan keinginan memiliki mobil Honda Jazz, saya harus mempunyai tingkah laku serius menabung serta berbuat hal-hal lainnya agar tujuan memiliki mobil Honda Jazz segera dicapai. Amin…. God, let it come true….. :)
Apllication in Psychology_part.2
2. Attitude
Entah kenapa jika ketika saya sudah berada ditempat second job, saya merasa senang (pleasant), sehingga sikap saya yang terbentuk adalah sikap-sikap yang positif terus. Meski awalnya butuh adaptasi dengan lingkungan kerja yang masih “dingin” terhadap saya. But it’s normal for me.
Hal yang terpenting dalam pembelajaran sikap ini adalah interaksi dengan para peserta magang. Mereka seperti stimulus yang dapat merespon saya untuk menjadi orang yang lebih baik lagi. Seperti Learning Theory – Classical Conditioning miliknya Ivan Pavlov. Dimana sikap saya dapat terbentuk sesuai dengan situasi “pleasant or unpleasant” terhadap seseorang atau sesuatu.
Ingin tahu, mengapa saya selalu senang jika berada disana? I want to be open, saya memiliki freelance sebagai Koordinator dan konsultan atau motivator peserta BLK yang magang di salah satu Bank swasta di Jakarta. Seperti “sambil menyelam minum air”, saya mendapatkan teori dikampus, dan kemudian saya dapat langsung mengimplementasikan pengetahuan saya di BLK. So connecting….
Suatu hal yang menyenangkan adalah ketika saya diberikan kesempatan untuk bertemu dengan para peserta magang. Bagi saya, mereka seperti angels yang akan menuntun saya dalam bersikap untuk menjadi lebih wise and understanding. I want to be a high quality psychologist, for other people and for myself.
Entah kenapa jika ketika saya sudah berada ditempat second job, saya merasa senang (pleasant), sehingga sikap saya yang terbentuk adalah sikap-sikap yang positif terus. Meski awalnya butuh adaptasi dengan lingkungan kerja yang masih “dingin” terhadap saya. But it’s normal for me.
Hal yang terpenting dalam pembelajaran sikap ini adalah interaksi dengan para peserta magang. Mereka seperti stimulus yang dapat merespon saya untuk menjadi orang yang lebih baik lagi. Seperti Learning Theory – Classical Conditioning miliknya Ivan Pavlov. Dimana sikap saya dapat terbentuk sesuai dengan situasi “pleasant or unpleasant” terhadap seseorang atau sesuatu.
Ingin tahu, mengapa saya selalu senang jika berada disana? I want to be open, saya memiliki freelance sebagai Koordinator dan konsultan atau motivator peserta BLK yang magang di salah satu Bank swasta di Jakarta. Seperti “sambil menyelam minum air”, saya mendapatkan teori dikampus, dan kemudian saya dapat langsung mengimplementasikan pengetahuan saya di BLK. So connecting….
Suatu hal yang menyenangkan adalah ketika saya diberikan kesempatan untuk bertemu dengan para peserta magang. Bagi saya, mereka seperti angels yang akan menuntun saya dalam bersikap untuk menjadi lebih wise and understanding. I want to be a high quality psychologist, for other people and for myself.
Apllication in Psychology_part.1
Tuhan begitu hebat punya skenario ttg hidup yang sulit sekali ketebak. 1 jam lagi bakal ada apa? 2 jam yang lalu kenapa bisa begitu? atau hari ini kenapa ada yang aneh? hehehehe..... bairin dech, asal semuanya baik-baik saja.
oh iya, saya ingin share ttg beberapa aplikasi dalam psikologi. moga bermanfaat bagi yang sengaja atau tidak sengaja membaca catatan saya.
inspirasi didapati dari pengalaman-pengalaman yang pernah ada. baik pengalaman diri sendiri ataupun cerita orang lain. yang pasti, moga bermanfaat aja sharing-an maey ini..... met membaca yaa.....
1. Thinking
Senang dan puas ketika saya mengikuti seminar di salah satu Bank swata, Jakarta. Apalagi topik yang dibahas adalah tentang “Bagaimana menjadi Manusia yang Efektif”. Dimana, topik tersebut sangat bermanfaat dan berkaitan pula dengan pengetahuan yang sedang saya pelajari, yaitu ilmu psikologi. Seingat saya, nama pembicaranya adalah Sophia. Penjelasannya “get point” bagi saya.
Serunya pada saat itu adalah ketika sebelum memulai seminar, kami mengadakan intermezzo untuk saling memperkenalkan diri plus arti nama dari masing-masing peserta. Dan terkahir giliran ibu Shopia. Dia menjelaskan tentang namanya. Tapi dari pengakuannya, dia sendiri masih belum tahu kenapa dia diberikan nama tersebut oleh orang tuanya.
Mendengar kata “Shopia”, saya langsung teringat dengan pembahasan pengantar filsafat yang telah saya pelajari di semester pertama kelas psikologi. Yupss, seperti Theory Progress Information (Input-Progress-Output) miliknya Sigmund Freud. Bahwa informasi yang pernah saya peroleh dan tesimpan lama di LTM (Long Term Memory) dapat saya tata kembali (re-arrangement) untuk dimunculkan kembali. Sehingga “AHA” yang muncul tepat pada moment yang dibutuhkan. Maka, dengan exited, saya langsung menjelaskan kepada beliau maksud dari namanya.
“Bu, saya rasa, saya tahu arti nama ibu. Shopia adalah nama yang diambil dari nama Philloshopia (filsafat). Dimana Phillo artinya cinta dan Shopia artinya bijaksana. Maka, philloshopia atau sering kita sebut dengan filsafat adalah ilmu yang mempelajari cinta kebijaksanaan. Mungkin pada waktu itu, orangtua ibu memberikan nama “Shopia”, agar ibu dapat menjadi orang yang bijaksana.” Ucap saya sembari tersenyum.
Wach, tidak disangka respon ibu Shopia setelah mendengar penjelasan dari saya, sangat terpukau…. Dia sangat puas dan tersenyum sambil mengucapkan terima kasih banyak atas sharing pengetahuannya.
Well, karena hal itu, bu Shopia minta nomor handphone dan alamat email saya untuk tetap saling berhubungan. I’m so happy, because I can bring up myself very well. And can have new “interesting friend”. I like it….. Thanks God, and thanks to me…..
oh iya, saya ingin share ttg beberapa aplikasi dalam psikologi. moga bermanfaat bagi yang sengaja atau tidak sengaja membaca catatan saya.
inspirasi didapati dari pengalaman-pengalaman yang pernah ada. baik pengalaman diri sendiri ataupun cerita orang lain. yang pasti, moga bermanfaat aja sharing-an maey ini..... met membaca yaa.....
1. Thinking
Senang dan puas ketika saya mengikuti seminar di salah satu Bank swata, Jakarta. Apalagi topik yang dibahas adalah tentang “Bagaimana menjadi Manusia yang Efektif”. Dimana, topik tersebut sangat bermanfaat dan berkaitan pula dengan pengetahuan yang sedang saya pelajari, yaitu ilmu psikologi. Seingat saya, nama pembicaranya adalah Sophia. Penjelasannya “get point” bagi saya.
Serunya pada saat itu adalah ketika sebelum memulai seminar, kami mengadakan intermezzo untuk saling memperkenalkan diri plus arti nama dari masing-masing peserta. Dan terkahir giliran ibu Shopia. Dia menjelaskan tentang namanya. Tapi dari pengakuannya, dia sendiri masih belum tahu kenapa dia diberikan nama tersebut oleh orang tuanya.
Mendengar kata “Shopia”, saya langsung teringat dengan pembahasan pengantar filsafat yang telah saya pelajari di semester pertama kelas psikologi. Yupss, seperti Theory Progress Information (Input-Progress-Output) miliknya Sigmund Freud. Bahwa informasi yang pernah saya peroleh dan tesimpan lama di LTM (Long Term Memory) dapat saya tata kembali (re-arrangement) untuk dimunculkan kembali. Sehingga “AHA” yang muncul tepat pada moment yang dibutuhkan. Maka, dengan exited, saya langsung menjelaskan kepada beliau maksud dari namanya.
“Bu, saya rasa, saya tahu arti nama ibu. Shopia adalah nama yang diambil dari nama Philloshopia (filsafat). Dimana Phillo artinya cinta dan Shopia artinya bijaksana. Maka, philloshopia atau sering kita sebut dengan filsafat adalah ilmu yang mempelajari cinta kebijaksanaan. Mungkin pada waktu itu, orangtua ibu memberikan nama “Shopia”, agar ibu dapat menjadi orang yang bijaksana.” Ucap saya sembari tersenyum.
Wach, tidak disangka respon ibu Shopia setelah mendengar penjelasan dari saya, sangat terpukau…. Dia sangat puas dan tersenyum sambil mengucapkan terima kasih banyak atas sharing pengetahuannya.
Well, karena hal itu, bu Shopia minta nomor handphone dan alamat email saya untuk tetap saling berhubungan. I’m so happy, because I can bring up myself very well. And can have new “interesting friend”. I like it….. Thanks God, and thanks to me…..
Langganan:
Postingan (Atom)